Pentas Wayang Golek pada Malam 1 Syuro 1446 H di Al-Zaytun

Wayang Golek
Grup Seni dan Budaya Wayang Golek Reksamahardika mementaskan lakon "Semar Bangun Swarga" di Pesantren Al-Zaytun.

DoetaNewsTV.Com | Indramayu—Grup Seni dan Budaya Wayang Golek Reksamahardika yang dipimpin Ki Dalang Ujang Somantri (Kang Suji Salaci) mementaskan wayang golek yang berjudul “Semar Bangun Swarga” di Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, pada Sabtu malam (06/07/2024).

Menurut Ki Dalang Ujang Somantri, lakon tersebut ada korelasinya dengan kondisi Pesantren Al-Zaytun saat ini.

“Sengaja saya ambil lakon ini karena sangat relevan sekali dengan keberadaan Pesantren Al-Zaytun,” kata Ki Dalang.

Bacaan Lainnya

Para pendiri Negeri Amerta atau orang-orang Astina berencana membabat hutan belantara yang bernama Alas Amer. Mereka akan dibantu seorang kesatria Pandawa, yaitu Bima.

Orang-orang Astina berencana membangun sebuah negeri dengan mengandalkan Bima untuk membabat dan membersihkan Alas Amer.

Tugas ini jelas tidak ringan. Bima membuka hutan belantara yang masih perawan penuh dengan segala tantangan dalam segala hal. Kondisi hutan yang masih perawan dengan binatang buas, jurig, dan dedemit penghuni hutan sudah tentu tidak rela ke­nyamanannya terusik.

Para penghuni hutan baik binatang buas maupun para dedemit terus melakukan perlawanan dengan segala daya upaya. Namun sang Bima tetap dengan tekad untuk melaksanakan tugasnya demi masya­rakat Amarta meskipun dengan segala resiko babak belur penuh luka karena dipatuk ular, digigit lintah, diincar binatang buas, ketimpa pohon, tertusuk onak dan duri, serta gangguan dedemit.

“Bima ini berkorban untuk persyaratan pendirian sebuah negara. Astina bakal didirikan di Alas Amer,” jelas Ki Dalang.

Setelah tugas Bima selesai, negeri tersebut dibangun dengan begitu majunya sampai ke pelosok desa dan kampung yang bernama Kampung Tumaritis.

Di Kampung Tumaritis tersebut ada tokoh terkenal yang bernama Ki Semar yang menjadi tokoh masyarakat. Ki Semar mempunyai dukungan penuh dari Prabu Yudhistira, sehingga mampu membuat masyarakat di Kampung Tumaritis gemah ripah loh jenawi.

“Dibangunlah tatanan hidup yang sejahtera di Kampung Tumaritis. Petaninya sugih mukti sarenang, kaum buruh teaya nu ripuh. Daya tarik Ki Semar ini membuat penasaran sehingga banyak tokoh dari negeri-negeri luar berdatangan ke Tumaritis, ” jelasnya.

Salah satu penari jaipong yang berada dalam naungan Grup Seni Budaya Reksamahardika sangat terkesan dengan Pesantren Al-Zaytun. Menurutnya, Al-Zaytun sangat terbuka terhadap seni budaya.

“Saya sangat kagum terhadap Pesantren Al-Zaytun yang mampu menyatukan antara budaya dan agama, yang konon agama dan budaya selalu berbenturan,” ungkapnya.

Pos terkait