DoetaNewsTV.Com | Indramayu—Pondok Pesantren Al-Zaytun yang terletak di Indramayu merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah atau yang lebih dikenal dengan 1 Syuro pada Ahad, 7 Juli 2024 Masehi.
Pada momen Tahun Baru ini pihak Al-Zaytun mengangkat tema Remontada from Within: Kebangkitan dari Dalam Menuju Indonesia Gemilang.
Remontada adalah istilah dalam bahasa Spanyol yang populer di kalangan masyarakat olahraga sepak bola, yang berarti membalikkan ketertinggalan menjadi kemenangan atau dari keterbelakangan menjadi kemajuan.
Hal ini disampaikan Pembina Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) Ustaz Abdul Halim di hadapan hadirin yang duduk di Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin.
Abdul Halim menjelaskan lebih spesifik, dalam olahraga remontada berarti membalikkan defisit pada jumlah poin atau dalam sepak bola adalah jumlah gol.
Dalam bidang kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara remontada dapat kita maknai sebagai sesuatu kebangkitan dan membuat lompatan ke depan untuk mencapai kemajuan yang dicita-citakan.
Halim juga mengatakan bahwa bangsa Indonesia pun telah mencita-citakan suatu kemajuan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan semangat kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan.
“Melihat keadaan objektif bangsa kita saat ini, tepatlah menurut kami untuk mengambil tema tersebut untuk kita diskusikan atau kita bincangkan atau kita lakukan bersama-sama untuk bangsa Indonesia,” tegasnya.
Halim juga mengingatkan agar menengok sejarah ke belakang dan kekinian, kita dapat membaca bahwa telah banyak bangsa yang dapat bangkit dari keterpurukan dan membuat lompatan kemajuan mereka dengan baik.
Pada abad ke-16 ada Renaissance, pada abad ke-18 ada Aufklarung di Eropa, dan ada semangat Bushido di Jepang. Mereka mampu bangkit secara ekonomi setelah kalah perang dari Amerika.
Cina pun telah bangkit menunjukkan kekuatan bangsanya yang modern dan maju setelah keterpurukannya bahkan beberapa negara Afrika, seperti Ethiopia, mampu bangkit dari bencana kelaparan menjadi berkecukupan.
Halim juga menanyakan, bagaimana dengan bangsa kita? Kita pernah bangkit, kita yang berbeda-beda ini pernah bangkit dan sadar sampai berikrar sumpah untuk bertanah air satu berbangsa satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia.
Pada masa itu motor penggerak persatuan dan kesatuan adalah para pelajar yang dididik dengan pelajaran modern dan tercerahkan. Mereka berbeda latar belakang suku, ras, agama, dan golongan, tetapi mereka fokus pada kesamaan cita-cita masa depan yang diinginkan, yaitu kemerdekan, kedaulatan, keadilan, dan kemakmuran.
Mereka sadar bahwa mereka berbeda dan beragam, tetapi mampu mengesampingkan perbedaan itu untuk kepentingan dan cita-cita bersama tersebut dalam bingkai kebangsaan Indonesia.
Halim lalu mengajak, “Dari majelis yang mulia ini kami mengajak terus kita pupuk dan kita jaga persatuan dan kesatuan ini untuk terus fokus ke depan bahu-membahu menggapai tujuan bersama dalam berbangsa.”
Kemajuan bangsa Indonesia yang dicita-citakan haruslah melingkupi seluruh elemen bangsa, baik pemerintah maupun swasta, pemimpin maupun rakyat, kota maupun desa. Demi kemajuan tidak boleh ada yang tertinggal atau ditinggalkan. Memang ini tantangan kita sebagai bangsa.
“Habitualisasi nilai-nilai kebangsaan di masyarakat kita masih lemah, politik kita masih politik uang, ekonomi kita masih jomplang, situasi sosial masih rawan perpecahan, itu adalah tantangan!” tegasnya.
Halim juga mengajak seluruh yang hadir di forum 1 Syuro ini untuk bertekad agar terus mengingatkan dan melakukan perbaikan bersama dan menjadi ragi dalam kebangkitan menuju Indonesia gemilang.
Menurut Halim kebangkitan ini dapat kita mulai dari pendidikan. Pendidikan adalah sektor yang paling penting. Pendidikan adalah penggugah kesadaran untuk bangkit dan maju. Pendidikan yang modern adalah pendidikan yang berpikiran terbuka, pendidikan yang menerima perubahan, pendidikan yang mengembangkan ilmu pengetahuan, pendidikan yang menerapkan dan mengembangkan teknologi, dan pendidikan dengan komunikasi yang berkembang.
Pendidikan haruslah ditopang dengan lingkungan ekonomi yang mumpuni, yang keberhasilannya pun akan membangkitkan pula lompatan ekonomi.
“Dalam bait Indonesia Raya tiga stanza telah diisyaratkan suatu kebangkitan dan kemajuan bangsa Indonesia ini, yakni jiwa atau semangat yang kuat, fisik yang sehat, otak yang cerdas, serta integritas yang tinggi, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, sadarlah hatinya, sadarlah budinya, majulah negerinya, majulah pandunya, untuk Indonesia raya,” ujarnya.
Persoalannya bukan kurangnya pelajaran, nasihat, bacaan, dan contoh teladan, tetapi masalah kemauan untuk bangkit dalam menuju Indonesia gemilang.
“Di sini, dari tempat ini, mari kita jawab, bahwa kita mau bangkit. Mari kita lakukan bersama-sama menuju Indonesia gilang-gemilang.”